Pematangsiantar (Sumut) – Kantor DPD Nasdem dipenuhi Puluhan Mahasiswa Bersama Masyarakat dalam Front Gerilyawan (Gerakan Rakyat Melawan) yang melakukan Aksi unjuk rasa Mendesak Kadernya Robin J. Manurung untuk di Tarik/ Pecat dari kursi DPRD kota Pematangsiantar, dan Mendesak Badan Kehormatan DPRD untuk segera mengambil sikap tegas terhadap Robin J. Manurung yang telah melanggar Sumpah Jabatan dalam mengayomi Rakyat.
Atas kejadian 27 maret lalu dimana Ketua Komisi 1 DPRD Siantar/ Robin J. Manurung, S.H (Fraksi Nasdem) yang diduga memukul seorang mahasiswa sebagai massa aksi unjuk rasa Tolak UU TNI tepat didepan ketua DPRD dan beberapa Anggota DPRD lainnya. Dan atas kejadian ini, sudah 2 kali Mahasiswa melaui Front Aliansi BSM seKotas P.Siantar menyurati ke Badan Kehormatan dan Partai Nasdem (28 Maret & 06 April) namun tak kunjung ada Tindaklanjut dan klarifikasi terkait hal tersebut secara terbuka.
Pematangsiantar, 28 April 2025 — Puluhan massa yang tergabung dalam Front Gerakan Rakyat Melawan (Gerilyawan) Massa aksi bergerak dari depan Universitas Simalungun (USI) dengan melakukan konvoi menuju kantor DPD NasDem. Setibanya di lokasi, mereka menggelar orasi dan membentangkan spanduk bertuliskan “Siantar Darurat Demokrasi,” dengan korban pemukulan turut hadir membawa spanduk tersebut.
“Kami menduga Partai NasDem melindungi kader yang telah menginjak-injak nilai demokrasi di kota ini. Seorang anggota dewan seharusnya menjadi pelindung, bukan malah melakukan kekerasan terhadap mahasiswa yang tidak berdaya,” teriak Yuda Cristafari, pimpinan aksi, dalam orasinya.
Tak lama berselang, Ketua DPD NasDem Pematangsiantar, Frans Herbet Siahaan, keluar menemui demonstran. Ia menegaskan bahwa partainya akan menindak tegas jika terbukti ada kader yang bersalah. “Tentu Partai NasDem tidak akan tinggal diam. Kami sudah memanggil yang bersangkutan untuk klarifikasi, dan laporan ini juga sudah kami teruskan ke pengurus wilayah dan pusat,” kata Frans di hadapan massa.
Dukungan terhadap aksi ini juga datang dari berbagai organisasi mahasiswa. Gideon Surbakti Ketua BEM Teknik USI yang mempertanyakan “Isi surat yang disampaikan ke pengurus NASDEM wilayah dan pusat serta untuk memperlihatkan arsip surat secara terbuka, dan mempertanyakan kenapa Sekelas Partai mampu mengklarifikasi Masalah hanya memanggil sepihak saja padahal Surat Aduan sudah dilayangkan sejak 6 April dan seharusnya ada klarifikasi untuk pemanggilan klarifikasi surat, Ujar Gideon Surbakti. Lalu disambut oleh Randa Wijaya, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ekonomi, menyoroti bahwa persoalan ini bukan hanya tentang kekerasan fisik.
“Ini soal etika dan moral. Ini bukti bahwa ada kader partai yang tidak paham tugas pokoknya sebagai wakil rakyat. Jika pendidikan politik internal partai lemah, hasilnya ya seperti ini,” ujar Randa.
Usai dari kantor DPD NasDem, massa bergerak menuju kantor DPRD Pematangsiantar untuk melanjutkan demonstrasi. Mereka mengecam Badan Kehormatan Dewan (BKD) karena dianggap lamban menangani kasus ini.
“Kami sudah dua kali melayangkan surat resmi, tanggal 28 Maret dan 6 April, namun hingga kini tidak ada keputusan. Ini menunjukkan demokrasi di Pematangsiantar benar-benar dalam kondisi darurat,” tegas Gideon Surbakti dalam orasinya.
Menanggapi aksi tersebut, Ramses Manurung dari BKD mengatakan bahwa seharusnya hari ini ada rapat pembahasan, namun gagal karena tidak memenuhi kuorum. Meski demikian, ia berjanji BKD akan mengambil sikap dalam waktu 3×24 jam.
Pernyataan itu ditanggapi kritis oleh Yuda Cristafari. “Kasus ini sudah lebih dari sebulan, baru hari ini kalian mau rapat? Ini membuktikan bahwa BKD tidak serius atau bahkan tidak bekerja,” katanya.
Aksi ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap. Massa menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan demonstrasi jika dalam waktu yang dijanjikan tidak ada langkah nyata dari BKD. Demonstrasi berlangsung tertib dan damai.
Red