Pematangsiantar (Sumut) – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)/Senat Mahasiswa (BSM) se-Kota Pematangsiantar hari ini, Jumat (25/04/2025) kembali mempertanyakan Tindak lanjut terkait Surat Pelaporan Pengaduan dugaan pemukulan yamg dilakukan oleh Robin Manurung, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pematangsiantar dari Fraksi Nasdem, yang juga sebagai Ketua Komisi 1 DPRD Pematangsiantar yang tak kunjung ada kabarnya (tidak ada tindak lanjutnya).
Berawal dari aksi unjuk rasa pada 27 Maret 2025 lalu, dalam sebuah video yang beredar luas, terekam jelas seorang anggota dewan mengepal tangannya dan melayangkannya ke salah seorang mahasiswa yang sedang dipiting jalan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Hari demi hari berlalu setelah pelaporan dilakukan, hingga saat ini belum ada terdengar tindakan yang dilakukan oleh pihak Badan Kehormatan Dewan DPRD Pematangsiantar yang bertugas dan berwewenang untuk mendisiplinkan Anggota DRPD. Mereka terkesan hanya memilih diam dan tidak ada sikap tegas. Hal ini memunculkan pertanyaan dari Gideon Surbakti, Pimpinan Aliansi BSM.
“Apakah BKD masih berfungsi dan paham wewenangnya atau ada sesuatu permainan yang telah dirancang dibalik layar?” tanya Gideon.
Menurut Gideon Surbakti, kasus ini bukan hanya hal sepele yang dapat didiamkan begitu saja. Namun ini sudah menjadi cerminan dari seseorang yang menganggap dirinya memiliki kuasa yang tak dapat digoyang dan dapat melakukan segala hal sesuka hati (menganggap dirinya kebal hukum).
Beberapa pengakuan dari pubik juga terdengar hingga ke telinga Aliansi BSM di mana Robin Manurung membuat rilis untuk pembelaan dirinya yang dinilai sangat mempermalukan dirinya sebagai seorang wakil rakyat yang tak mau mengakui kesalahan dan enggan meminta maaf terhadap perbuatan konyolnya itu.
“Hari ini kita tidak berbicara soal keadaan sesaat di dalam sebuah demokrasi, Namun ini tentang arah dan tujuan masa depan bangsa di tangan orang yang bagaimana? Dan demokrasi yang membiarkan tindak kekerasan dan etika yang buruk adalah demokrasi yang berujung pada kegelapan bangsa. Saat ini, jika 100 orang diam 10 orang tak bergerak hanya ada 1 orang yang akan tetap melawan itu saya (mahasiswa)!” tutur Gideon Surbakti mengakhiri penjelasannya
Red/Ed. MN