Vatikan – Roma (Italia) – Sinyal asap putih yang keluar dari cerobong asap Kapel Sistina pada Kamis (08/05/2025) sekitar pukul 18.00 waktu Vatikan (23.00 WIB) menandakan kepada dunia bahwa seorang Paus baru telah terpilih. Terpilihnya pengganti Paus Fransiskus itu terjadi pada hari kedua penyelenggaraan konklaf (sidang para Kardinal yang tertutup untuk memilih Paus baru).
Pemimpin baru 1,4 miliar umat Katolik sedunia itu akan segera terungkap identitasnya setalah ia mendapatkan mayoritas dua pertiga suara dari proses pemungutan suara yang dilakukan sejumlah Kardinal. Setelah mendapat 89 suara, Paus baru tersebut akan memilih nama yang akan digunakan selama masa kepausannya. Kemudian Paus terpilih akan masuk ke “Ruang Air Mata” guna mempersiapkan diri untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya.
Selain itu, Kardinal protodiakon akan muncul di loggia tengah Basililka Santo Petrus dan mengumumkan dalam bahasa Latin “hebemus papam” yang berarti “kita memiliki seorang Paus”. Segera setelah itu, Paus akan muncul di loggia dan menyampaikan berkat Urbi et Orbi (berkat untuk Roma dan dunia).
Paus Pertama dari AS
Kardinal Robert Francis Prevost terpilih menjadi Paus pertama dari Amerika Serikat (AS) dengan nama Leo XIV pada masa kepausannya. Prevost adalah seorang Kardinal kuria yang dikenal dekat dengan mendiang Paus Fransiskus. Ia terpilih menjadi Paus ke-267 Gereja Katolik pada hari kedua konklaf yang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan, Kamis (08/05/2025).
Paus Leo XIV berusia 69 tahun, lahir di Chicago dari keluarga asal Prancis. Ia adalah anggota Ordo Santo Agustinus yang pernah bertugas di Peru. Uskup Amerika – yang fasih berbahasa Spanyol, Portugis, Italia, dan Prancis itu – telah menunjukkan perhatian khusus kepada kaum terpinggirkan dan migran di Peru yang sangat dihargai oleh Fransiskus (Paus sebelum dia). Ia baru diangkat menjadi Kardinal oleh mendiang Paus Fransiskus pada 2023 lalu. Pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik seluruh dunia itu juga pernah menjadi prefek Dikasteri untuk para Uskup serta Presiden Komisi Kepausan untuk America Latin.
Tiga Petunjuk Besar Kepausannya
Dalam penampilan pertamanya, Paus Leo XIV memberikan tiga petunjuk besar tentang kepausannya. Sejak pertama kali berada di balkon Basilik Santo Petrus, Paus Leo XIV memberi tiga petunjuk penting tentang seperti apa pemimpin Gereja Katolik yang beranggotakan 1,4 milar jiwa (umat) itu kelak.
Petunjuk pertama Paus Leo XIV adalah pilihan namanya. Para Paus sering menggunakan pilihan ini untuk mengirim sinyal penting pertama mereka tentang prioritas kepausan baru mereka. Fransiskus mengambil namanya dari Santo Fransiskus dari Asisi pada Abad XIII, yang menolak kekayaan dan ingin peduli pada kaum miskin. Paus terakhir yang memakai nama Leo, adalah Paus Leo XIII yang memfokuskan sebagian besar masa kepausannya tahun 1878 -1903 pada pembelaan hak-hak pekerja, menuntut upah yang adil, kondisi kerja yang adil, dan hak untuk bergabung dengan serikat pekerja.
“Dengan memilih nama Leo XIV, ia menunjukkan komitmennya terhadap ajaran sosial gereja,” kata Pendeta Thomas Reese, seorang komentator Jesuit yang mengikuti kepausan dari dekat.
Petunjuk kedua Paus Leo XIB adalah pilihan bahasanya dan kata-kata yang diucapkannya, yang memberi penekanan jelas pada perlunya perdamaian, sesuatu yang juga sering menjadi fokus Fransiskus. Tak satu pun pidatonya kepada khalayak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus disampaikan dalam bahasa Inggris, melainkan dalam bahasa Italia, bahasa kepausan, dan sedikit bahasa Spanyol untuk menyapa mantan komunitasnya di Peru. Ia tidak menyebut AS.
“La pace sia con tutti voi!” (Damai sejahtera bagimu!), kata-kata pertama Leo XIV di depan umum, menggemakan kata-kata yang digunakan umat Katolik dalam perayaan mreka tetapi juga pesan langsung tentang perdamaian di dunia yang penuh konflik.
Sebelum menuju konklaf rahasia pada 7 Mei 2025 lalu, para Kardinal sedunia mengeluarkan pernyataan yang menyesalkan konflik di Ukraina, Timur Tengah, dan banyak lagi bagian lain dunia, dan menyampaikan permohonan sepenuh hati untuk perdamaian. Paus baru itu juga mengatakan bahwa ia ingin berbagi kedamaian Tuhan, dengan menyebutnya sebagai “perdamaian yang telah dilucuti dan kedamaian yang telah melucuti” yang “rendah hati dan tekun”.
Leo juga menyebut Fransiskus yang menyampaikan berkat terakhirnya kepada orang banyak di Roma pada Minggu Paskah, sehari sebelum ia meninggal karena stroke setelah berjuang melawan pneumonia ganda selama berminggu-minggu.
“Kita masih mendengar suara Paus Fransiskus yang lebih lemah namun selalu berani,” katanya. Leo minta izin untuk memberi berkat yang sama seperti yang dilakukan Fransiskus beberapa minggu lalu, dengan mengatakan: “Tuhan mengasihi kita, Tuhan mengasihi semua orang, dan kejahatan tidak akan menang. Kita berada di tangan Tuhan.”
Petunjuk ketiga Leo ada pada pilihan pakaiannya. Tidak seperti Fransiskus, yang menolak semua atribut kepausan termasuk pada hari pertama ia terpilih pada 2013, Leo mengenakan pakaian kepausan tradisional berwarna merah di atas jubah putihnya. Meski pun Leo mengikuti tradisi Fransiskus, ia mengisyaratkan bahwa ia adalah paus yang baru dan berbeda.
Paus Leo yang sebelumnya adalah Kardinal AS, Robert Prevost, dipilih oleh para Kardinal sedunia sebagai Paus baru pengganti Paus Fransiskus yang meninggal bulan lalu. Dia adalah Paus pertama dari AS yang memegang kewarganegaraan ganda di Peru, tempat ia menjadi misionaris selama beberapa decade sebelum menjadi cardinal.
ANT & Reuters-MN_Red/ Ed. MN